Kamis, 22 Desember 2016
Sabtu, 17 September 2016
MUSLIADI IN MEMORIAM
![]() |
Musliadi
(Sang Demonstran,Aktifis HAM dan Kemanusiaan Aceh)
|
Paya Seumantok,kecamatan Krueng Sabee-Aceh Barat,adalah sebuah desa kecil yang mana pasangan suami istri membuka lembaran baru hidupnya,ia adalah Rusli Bin Hasyim seorang pemuda dari desa Lambarih Jurong, kecamatan Suka Makmur-Aceh Besar,1949.-Dan Salma wanita kelahiran Alue Sungai Pinang, Blang Pidie-Aceh Selatan, 1960.yang kesehariannya mereka bekerja sebagai petani,tepat 10 November 1977 suami istri ini pun dikaruniai seorang anak laki-laki.Musliadi,itulah nama yang di berikan kepada putra pertama mereka.dan berselang lima tahun kemudian-1982 mereka kembali dikaruniai seorang putri yang diberi nama Rahmi.Putri mereka yang bernama rahmi itu sekarang sudah menjadi ibu rumah tangga yang kini menetap di desa kelahiran bersama keluarganya.menyusul sepuluh tahun kemudian-1992 mereka kembali dikaruniai seorang putri yang diberi nama Husna dan menjadi adik bungsu Musliadi.Selanjutnya keluarga ini pun melewati hari-harinya di desa itu dengan hidup bahagia dan sederhana,Singkat Cerita.
Musliadi saat itu tumbuh menjadi laki-laki yang memiliki kecerdasan lebih biarpun waktu itu di sekolahnya tidak terlalu menonjol,hingga setelah menamatkan sekolahnya hingga di jenjang menengah ia kemudian berhijrah ke Banda Aceh guna melanjutkan studinya ke perguruan tinggi.Program Diploma III,Fakultas Ekonomi Unsyiah menjadi pilihannya.saat menempuh masa perkuliahan musliadi juga banyak aktif di berbagai kegiatan dan kajian-kajian penting bersama rekan-rekan sekampusnya hingga setelah selesai meraih gelar Ahli Madya ia pun masih aktif dalam berbagai hal-hal penting baik itu tentang konflik yang terjadi di Aceh pada saat itu terutama mengenai HAM dan kemanusiaan Aceh,sambil bergerilya di dunia gerakan yang digelutinya,ia mengambil kesempatan untuk melanjutkan Strata-1nya di kampusnya itu hingga tahun 2002 ia berhasil meraih gelar sarjananya.banyak hal suka maupun duka yang telah dilalui oleh sosok musliadi pada saat itu bersama rekan-rekannya.
Musliadi pada saat itu aktif dalam kegiatannya menjadi aktifis HAM dan Kemanusiaan Aceh termasuk menjadi salah seorang kawan dekat seorang Bulek yang bernama William Arthur Nessen,yang berhasil membuat sebuah Film Dokumentar berisi tentang perjuangan kemerdekaan Aceh yang di beri judul ''The Black Road'',dalam film dokumenternya itu Nessen sangat jelas menyebutkan,'Musliadi...My friend from Aceh.Nessen juga sangat dekat dengan banyak kalangan aktifis Aceh dan juga kalangan Pejuang GAM waktu itu,seperti Muzakkir Manaf,Sofyan Dawood,Irwandi Yusuf,Muhammad Nazar,Cut Nur Asikin (ALM) dan Musliadi(ALM) dan Lain-lainnya.kisahnya dengan musliadi bahkan banyak direkam dalam Film Dokumenternya itu.
Musliadi di culik dan di bunuh beberapa hari menjelang keberangkatannya ke jenewa guna menyaksikan proses perundingan kesepakatan damai antara GAM-RI.Nessen saat itu sampai menangis meneteskan air mata saat mendengarkan kabar kawan dekatnya yang bernama musliadi yang sangat berjasa baginya yang mana telah membawanya kepada ajaran islam dan juga telah mendampinginya dan menjadi saksi dalam acara pernikahannya dengan Shadia itu telah di culik dan di bunuh.Hari itu sabtu,30 November 2002,usai berbuka puasa bersama kawannya di tempat kediamannya yang juga sekaligus menjadi Sekretariat KAGEMPAR (Koalisi Gerakan Mahasiswa dan Pemuda Aceh Barat) yang bertempat di Lampriet-Banda Aceh.sore itu sebanyak enam orang yang menggunakan mobil toyota kijang warna gelap datang dan memberi salam kemudian masuk ke rumah, mereka berpakaian preman dan menenteng senjata laras panjang jenis SS1 itu,tanpa basa basi mereka mengumpulkan selururuh penghuni rumah dan memeriksa seluruh ruangan,aksi mereka berlangsung kurang lebih sepuluh menit dan berakhir dengan dibawanya Musliadi bersama mereka secara paksa.suasana rumah setelah itu pun mulai panik dan seisi rumah mulai menghubungi kawan-kawannya dan menginfokan bahwa musliadi telah di culik.
Keesokan harinya,pencarian pun mulai dilakukan dan di bantu oleh pengacara dan Tim Pembela Kasus Aceh (TPKA).Beberapa pos yang di tempati oleh aparat di sekitar Banda Aceh telah di lacak tapi mereka menjawab tidak mengetahui tentang penculikan itu.pencarian terus dilakukan dengan berbagai cara tetapi sayang,usaha demi usaha dilakukan tidak membuahkan hasil.
Hingga pada Desember 2002,tersiar berita melalui media massa bahwa sehari sebelumnya telah ditemukan seorang mayat yang di evakuasi ke Rumah sakit Zainal Abidin Banda Aceh oleh relawan PMI dari sebuah pengunungan seulawah.tepatnya di bawah jembatan seunapet-Aceh Besar.Beberapa kawan musliadi pun langsung bergegas ke ruang mayat rumah sakit tersebut.sesampainya disana,alangkah terkejutnya mereka saat menyaksikan seorang mayat yang beberapa harinya masih segar bugar bersama mereka.Tak lama kemudian kawan-kawan seperjuangan korban dan para wartawan berbondong-bondong menuju ruang mayat isak tangis dan linangan air mata pun tak bisa terbendung lagi.suasana haru-piru di ruang mayat itu pun tidak berlangsung begitu lama sesaat kemudian sebuah mobil ambulance datang dan membawa mayat tersebut menuju rumah neneknya di Desa Lambarih Jurong Raya,Suka Makmur-Aceh Besar.sesampainya disana mayat musliadi disambut dengan deraian linangan air mata oleh sang bunda tercinta dan keluarga yang ada di sana,kemudian mayat musliadi diangkat ke dalam rumah dan setelah dilaksanakan fardhu kifayah jenazah musliadi kemudian dibawa ke Meunasah untuk dishalatkan.Selanjutnya musliadi pun di bawa ke tempat peristirahatan terakhirnya untuk di makamkan.
Kini sang Aktifis HAM dan Kemanusiaan Aceh itu pun telah pergi menghadap sang yang maha kuasa.Langkahmu dalam memperjuangkan nasib Bangsa Aceh selama ini akan selalu dikenang sepanjang sejarahnya.
Musliadi...selamat jalan,semoga arwahmu mendapat tempat yang terbaik disisi-nya.Amin Ya Rabbal Alamin.
Petikan Sumber :
- Film Dokumenter ''The Black Road''
- Atjeh Galery (Farizal)
- Rekan-rekan Aktifis
Kamis, 14 Januari 2016
CIKAL BAKAL ARMADA ANGKUTAN BUS P.M.T.O.H
![]() | |||||||
DULU - SEKARANG |
BUS
P.M.T.O.H ( Peroesahaan Motor Transport Ondermer Hasan ),Sang legenda
Aceh dahulu yang Melintas Di jalur Lintas Sumatera & Pulau Jawa yang
masih tetap berjaya hingga saat ini. Kepanjangan dari PMTOH juga
sering di artikan oleh orang dahulu (Pak Minta Tolong Ongkos Habis)
Hahaha.,Ada-ada saja Orang-orang Terdahulu ini...
Kamis, 24 Desember 2015
Bus PO Jeumpa Era-70 an,Merupakan Cikal bakal awal terbentuknya Armada Angkutan BIREUEN EXPRESS ( BE )
( Bus PO Jeumpa )
Ialah Bus Pertama sekali Di Era-70an yang Ada di wilayah Bireuen,yang melintas utk mengangkut penumpang,Banda Aceh-Sigli-Bireuen-Lhokseu mawe-Kuala simpang...
Dan Bus ini merupakan Cikal bakal awal terbentuknya Armada Angkutan BIREUEN EXPRESS ( BE ) yang tidak asing lagi terdengar di lingkungan masyarakat kita saat ini,Khususnya Masyarakat Bireuen
Ialah Bus Pertama sekali Di Era-70an yang Ada di wilayah Bireuen,yang melintas utk mengangkut penumpang,Banda Aceh-Sigli-Bireuen-Lhokseu
Dan Bus ini merupakan Cikal bakal awal terbentuknya Armada Angkutan BIREUEN EXPRESS ( BE ) yang tidak asing lagi terdengar di lingkungan masyarakat kita saat ini,Khususnya Masyarakat Bireuen
Rabu, 23 Desember 2015
Asal Usul (Sejarah) Kabupaten Bireuen
![]() |
Bireuen malam hari |
Kabupaten Bireuen dalam catatan sejarah dikenal sebagai daerah Jeumpa. Dahulu Jeumpa merupakan sebuah kerajaan kecil di Aceh. Menurut Ibrahim Abduh dalam Ikhtisar Radja Jeumpa, Kerajaan Jeumpa terletak di di Desa Blang Seupeung, Kecamatan Jeumpa, Kabupaten Bireuen.
Di atas bukit kecil di dusun Tgk Keujreuen di desa itu menurut Ibrahim, makam Raja Jeumpa ditemukan. Secara geografis, kerajaan Jeumpa terletak di daerah perbukitan mulai dari pinggir sungai Peudada di sebelah barat sampai Pante Krueng Peusangan di sebelah timur.
Dahulu kala desa-desa Paloh Seulimeng, Abeuk Usong, Bintanghu, Blang Seupeung, Blang Gandai, Cot Iboeh, Cot Meugo, Blang Seunoeng, Blang Rheum, Cot Leusong, Glumpang Payong, Lipah Rayeuk, Batee Timoh dan Lhaksana, berada di daerah yang terletak di tepi pantai.
Daerah persawahan sekarang merupakan daerah genangan air laut dan rawa-rawa yang ditumbuhi beberapa jenis tumbuhan. Di antara tumbuhan dan hutan-hutan itu ada undukan tanah yang lebih tinggi dari permukaaan laut, yang merupakan pulau-pulau kecil.
Saat itu Desa Blang Seupeueng merupakan permukiman yang padat penduduknya dan juga bandar pelabuhan besar, yang terletak di Kuala Jeumpa. Dari Kuala Jeumpa sampai Blang Seupeueng ada sebuah alur yang besar, biasanya dilalui oleh kapal-kapal dan perahu-perahu kecil. Alur dari Kuala Jeumpa tersebut membelah Desa Cot Bada langsung ke Cot Cut Abeuk Usong.
Menurut Ibrahim dalam tulisannya itu, bukti yang menunjukkan bahwa daerah tersebut dilingkari oleh air laut terdapat di Cot Cut, antara Abeuk Usong dengan Paloh Seulimeng, yaitu berupa lobang yang konon tak pernah tersumbat. Setahun sekali bila air pasang, maka air di lubang tersebut akan terasa asin. Bukti lainnya adalah sumur-sumur di desa-desa tersebut airnya asin.
Istana Raja Jeumpa terletak di desa Blang Seupeueng yang dipagari di sebelah utara, sekarang disebut Cot Cibrek Pintoe Ubeuet.
Pada awal tahun 1989 dua pemuda Cina, laki – laki dan perempuan mengunjungi makan Raja Jeumpa. Kepada sesepuh desa mereka mengatakan berasal dari Indo Cina, Kamboja. Mereka sengaja datang ke lokasi kerajaan Jeumpa untuk mencari tongkat nenek moyangnya zaman dahulu. Konon tongkat emas Raja Cina tersebut jatuh dan hilang saat menyerbu kerajaan Jeumpa, yang kemudian ditemukan oleh Raja Jeumpa.
Kerajaan Jeumpa pernah diperangi oleh pasukan Cina, Thailand dan Kamboja. Mereka pernah menduduki benteng Blang Seupeung. Disebutkan, peperangan tersebut terjadi karena Raja Cina menculik permaisuri Raja Jeumpa yang cantik jelita, Meureudom Ratna.
Permaisuri Raja Jeumpa itu berhasil mereka bawa kabur sampai ke Pahang (Malaysia). Namun kemudian Meureudoem Ratna berhasil dibawa kembali ke Blang Seupeueng. Setelah Panglima Prang Raja Kera yang berasal dari Ulee Kareung , Samalanga, berhasil mengalahkan Raja Cina.
Tidak diketahui persis riwayat berakhirnya masa kejayaan kerajaan Jeumpa. Begitu juga dengan penyebab mangkatnya raja Jeumpa. Namun dari cerita turun-temurun, masyarakat di sana meyakini pusara Raja Jeumpa terdapat di atas sebuah bukit kecil setinggi 40 meter, yang ditumbuhi pohon-pohon besar yang sudah berumur ratusan tahun.
Makam raja itu hanya ditandai dengan batu-batu besar, yang berlokasi di dusun Tgk Keujruen, Desa Blang Seupeueng. Sedangkan makam isterinya, Maureudom Ratna, berada di Desa Kuala Jeumpa.
Raja Jeumpa adalah putra dari Abdullah dan Ratna Kumala. Abdullah memasuki kawasan Blang Seupeueng dengan kapal niaga yang datang dari India belakang untuk berdagang. Dia memasuki negeri Blang Seupeueng melalui laut lewat Kuala Jeumpa.
Dia kemudian diterima oleh penduduk pribumi dan disediakan tempat tinggal. Kesempatan itu digunakan oleh Abdullah untuk memulai menjalankan misinya sebagai Da’i Muslim. Rakyat di negeri tersebut dengan mudah menerima agama Islam karena tingkah laku, sifat dan karakternya yang sopan dan sangat ramah.
Abdullah akhirnya dinobatkan sebagai menjadi raja dan Ratna Keumala sebagai permaisuri di negeri Blang Seupeung tersebut. Raja Abdullah kemudian menamakan negeri yang dipimpinnya itu dengan nama “Jeumpa”. Sesuai dengan nama negeri asalnya yang bernama “Kampia”, yang artinya harum.
Raja Abdullah mengatur strategi keamanan kerajaan dengan mengadakan latihan perang bagi angkatan darat dan laut. Saat itu angkatan laut merupakan angkatan perang yang cukup diandalkan, yang dipimpin oleh seorang Laksamana Muda.
Raja Abdullah meninggal dunia dengan meninggalkan seorang istri dan dua orang anak, yaitu Siti Geulima dan Raja Jeumpa. Setelah Raja Jeumpa dewasa dia membangun benteng pertahanan di tepi Pantai, yaitu di Laksamana (sekarang Desa Lhakmana-red). Raja Jeumpa kemudian memperistri seorang putri anak Raja Muda yang cantik jelita, bernama Meureundom Ratna, dari Negeri Indra ( kira-kira daerah Gayo). Menurut rentetan sejarah, Meureudom Ratna masih ada hubungan keluarga dengan putri Bungsu.
Kakak Raja Jeumpa, Siti Geulima dipinang oleh seorang Raja di Darul Aman yang bernama Raja Bujang. Maka atas dasar perkawinan itu antara Kerajaan Jeumpa dengan Darul Aman ( sekarang Peusangan Selatan ) terjalin hubungan lebih erat. Sesuai dengan namanya “Darul Aman” yakni negeri yang aman sentosa.
Menelisik Bireuen dari Akarnya
Menulis tentang Bireuen adalah merekan jejak perubahan. Sebut saja Kerajaan Jeumpa sebagai akar yang kemudian melahirkan Kabupaten Bireuen. Ada riwayat panjang terekam fragmentaria sejarah.
Kerajaan-kerjaan kecil di Aceh tempo dulu termasuk Jeumpa mengalami pasang surut. Apalagi setelah kehadiran Portugis ke Malaka pada tahun 1511 M yang disusul dengan kedatangan Belanda. Secara de facto Belanda menguasai Aceh pada tahun 1904, yaitu ketika Belanda dapat menduduki benteng Kuta Glee di Batee Iliek, di bagian barat Kabupaten Bireuen.
Kemudian dengan Surat Keputusan Vander Guevernement General Van Nederland Indie tanggal 7 September 1934, Aceh dibagi menjadi enam Afdeeling (kabupaten) yang dipimpin oleh seorang Asisten Residen. Salah satunya adalah Afdeeling Noord Kust van Aceh (Kabupaten Aceh Utara) yang dibagi dalam tiga Onder Afdeeling (kewedanan).
Kewedanan dikepalai oleh seorang Countroleur (wedana) yaitu: Onder Afdeeling Bireuen (kini Kabupaten Bireuen), Onder Afdeeling Lhokseumawe (Kini Kota Lhokseumawe) dan Onder Afdeeling Lhoksukon (Kini jadi Ibu Kota Aceh Utara).
Selain Onder Afdeeling tersebut, terdapat juga beberapa daerah Ulee Balang (Zelf Bestuur) yang dapat memerintah sendiri terhadap daerah dan rakyatnya, yaitu Ulee Balang Keureutoe, Geureugok, Jeumpa dan Peusangan yang diketuai oleh Ampon Chik.
Pada masa pendudukan Jepang istilah Afdeeling diganti dengan Bun, Onder Afdeeling diganti dengan Gun, Zelf Bestuur disebut Sun. Sedangkan mukim disebut Kun dan gampong disebut Kumi.
Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, Aceh Utara disebut Luhak, yang dikepalai oleh Kepala Luhak sampai tahun 1949. Kemudian, setelah Belanda mengakui kedaulatan Indonesia melalui Konferensi Meja Bundar pada 27 Desember 1949, dibentuklah Negara Republik Indonesia Serikat (RIS) dengan beberapa negara bagian. Salah satunya adalah Negara Bagian Sumatera Timur, Aceh dan Sumatera Utara tergabung didalamnya dalam Provinsi Sumatera Utara.
Kemudian melalui Undang-Undang Darurat nomor 7 tahun 1956 tentang pembentukan daerah otonom setingkap kabupaten di Provinsi Sumatera Utara, maka dibentuklah Daerah Tingkat II Aceh Utara.
Keberadaan Aceh dibawah Provinsi Sumatera Utara menimbulkan rasa tidak puas masyarakat Aceh. Para tokoh Aceh menuntut agar Aceh berdiri sendiri sebagai sebuah provinsi. Hal ini juga yang kemudian memicu terjadinya pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) pada tahun 1953.
Pemberontakan ini baru padam setelah keluarnya Keputusan Perdana Menteri Republik Indonesia Nomor 1/Missi/1957 tentang pembentukan Provinsi daerah Istimewa Aceh dan Aceh Utara sebagai salah satu daerah Tingkat dua, Bireuen masuk dalam wilayah Kabupaten Aceh Utara.
Baru pada tahun 2000 Bireuen menjadi Kabupaten tersendiri setelah lepas dari Aceh Utara selaku Kabupaten induk, pada 12 Oktober 1999, melalui Undang Undang Nomor 48.
Melongok Potensi Bireuen
Kabupaten Bireuen dibentuk pada 12 Oktober 1999, melalui Undang Undang Nomor 48. Letak pada jalur Banda Aceh – Medan serta simpang menuju Aceh Tengah, membuat Bireuen sebagai daerah transit yang maju.
Daerah tingkat dua pecahan Aceh Utara ini termasuk dalam agraris. 52,2 persen wilayahnya pertanian. Kondisi itu pula yang membuat 33,05 persen penduduknya bekerja di sektor agraris. Sisanya tersebar di berbagai lapangan usaha seperti jasa perdagangan dan industri.
Dari lima kegiatan pada lapangan usaha pertanian, tanaman pangan memberi kontribusi terbesar untuk pendapatan Kabupaten Bireuen. Produk andalan bidang ini adalah padi dan kedelai dengan luas tanaman sekitar 29.814 hektar.
Sentra produksi padi terdapat di Kecamatan Samalangan, Peusangan, dan Gandapura. Untuk pengairan sawah, kabupaten ini memanfaatkan tujuh sungai yang semua bermuara ke Selat Malaka. Salah satunya, irigasi Pante Lhong, yang memanfaatkan air Krueng Peusangan. Padi dan kedelai merupakan komoditas utama di kabupaten ini.
Bireuen juga dikenal sebagai daerah penghasil pisang. Paling banyak terdapat di Kecamatan Jeumpa. Pisang itu diolah jadi keripik. Karena itu pula Bireuen dikenal sebagai daerah penghasil keripik pisang. Komoditas khas lainnya adalah giri matang, sejenis jeruk bali. Buah ini hanya terdapat di Matang Geulumpang dua.
Potensi kelautan juga sangat menjanjikan. Untuk menopang hal itu di Kecamatan Peudada dibangun Pusat Pendaratan Ikan (PPI). Selain itu ada juga budi daya udang windu. Sementara untuk pengembangan industri, Pemerintah Kabupaten Bireuen menggunakan kawasan Gle Geulungku sebagai areal pengembangan. Untuk kawasan rekreasi, Bireuen menawarkan pesona Krueng Simpo dan Batee Iliek. Dua sungai yang menyajikan panorama indah.
Daerah pecahan Aceh Utara ini juga dikenal sebagai kota juang. Beragam kisah heroik terekam dalam catatan sejarah. Benteng pertahanan di Batee Iliek merupakan daerah terakhir yang diserang Belanda yang menyisakan kisah kepahlawan pejuang Aceh dalam menghadapi Belanda.
Kisah heroik lainnya, ada di kubu syahid lapan di Kecamatan Simpang Mamplam. Pelintas jalan Medan-Banda Aceh, sering menyinggahi tempat ini untuk ziarah. Di kuburan itu, delapan syuhada dikuburkan. Mereka tewas pada tahun 1902 saat melawan pasukan Marsose, Belanda.
Kala itu delapan syuhada tersebut berhasil menewaskan pasukan Marsose yang berjumlah 24 orang. Namun, ketika mereka mengumpulkan senjata dari tentara Belanda yang tewas itu, mereka diserang oleh pasukan Belanda lainnya yang datang dari arah Jeunieb.
Kedelapan pejuang itu pun syahid. Mereka adalah : Tgk Panglima Prang Rayeuk Djurong Bindje, Tgk Muda Lem Mamplam, Tgk Nyak Bale Ishak Blang Mane, Tgk Meureudu Tambue, Tgk Balee Tambue, Apa Sjech Lantjok Mamplam, Muhammad Sabi Blang Mane, serta Nyak Ben Matang Salem Blang Teumeuleuk. Makan delapan syuhada ini terletak di pinggir jalan Medan – Banda Aceh, kawasan Tambue, Kecamatan Simpang Mamplam. Makam itu dikenal sebagai kubu syuhada lapan.
#HISTORYOFNANGGROE>HilalBireuen. >AcehLoenSayang.blogspot.com
Sabtu, 19 Desember 2015
Kisah Kekayaan Tidak Akan Bisa Membeli Kebahagiaan.
Pak Handoyo adalah seorang pengusaha paling kaya nomor 2 di kotanya. Pak Handoyo selalu mengajarkan pada keluarganya untuk menabung dan tidak boros. Meski mereka keluarga kaya, namun harus tetap bisa bijaksana dalam menggunakan uang dan harta yang mereka miliki.
Kendati begitu, Pak Handoyo tahu bahwa anak-anaknya terlalu sering bergaul dengan teman-teman dari latar belakang yang sama. Oleh karena itu, Pak Handoyo ingin memberi pandangan lain pada anaknya yang mulai remaja itu.
Suatu ketika, saat liburan sekolah tiba, ia mengajak anaknya untuk
bepergian ke desa. Ia ingin menunjukkan padanya suasana pedesaan yang
jauh berbeda dengan kota yang riuh dan modern. Sang anak pun melihat
rumah-rumah penduduk yang sepertinya seukuran dengan garasi mobil
ayahnya.
Pak Handoyo mengatakan, "Lihat, Nak. Rumah-rumah ini lebih kecil dari rumah kita. Apakah kamu bisa melihat seberapa kaya mereka?"
Sang anak melihat ke arah pemukiman yang terhampar di hadapannya. "Iya. Kita punya 1 anjing, mereka punya banyak sapi. Kita punya kolam renang, mereka punya sungai yang besar. Kita punya lampu antik di rumah, mereka setiap malam bisa melihat bulan dan bintang," jawabnya.
Kemudian sang ayah bertanya, "Lantas bagaimana?"
Sang anak kembali menjawab, "Saat kita sering beli bahan makanan, mereka menanam dan memanen sendiri. Aku punya mainan, mereka punya teman. Kita dilindungi pagar yang tinggi dan kokoh, mereka punya tetangga yang saling menyapa. Kita punya tetangga yang punya anak seumuran denganku, tapi aku hampir tak pernah bertemu dengan mereka."
Mendengar jawaban ini, sang ayah tersenyum. Sang anak kemudian menyimpulkan, "Terima kasih, Ayah. Kau telah mengajarkan aku bahwa mungkin kita kaya dan punya segalanya, tapi mungkin.. hidup bukan sekedar tentang semua itu."
Sang ayah mengangguk sambil tersenyum, "Bukan uang yang membuat kita bahagia. Tapi kesederhanaan kecil yang mereka miliki yang sebenarnya membuat seseorang bisa bahagia. Teman, keluarga, sosialisasi, keterbatasan, kerja keras, solidaritas, hal-hal seperti ini sebaiknya kau pelajari sejak muda."
"Ayah tak langsung lahir sebagai orang kaya. Ayah ingin kamu belajar bahwa kebahagiaan lebih penting dari semua yang nanti akan ayah wariskan padamu," ujarnya.
*****
Kemapanan memang bisa mencukupi kita. Seringkali kita berusaha keras untuk mencapai kemapanan dan kemakmuran. Namun, hidup tidak selalu mengenai kemapanan.
Sembari mencukupi materi, jangan lupa untuk selalu berbagi dan mengasihi. Hidup akan kosong bila kita hanya memikirkan target kerja dan materi, sementara tak diimbangi dengan tawa bahagia bersama mereka yang kita sayangi.
Pak Handoyo mengatakan, "Lihat, Nak. Rumah-rumah ini lebih kecil dari rumah kita. Apakah kamu bisa melihat seberapa kaya mereka?"
Sang anak melihat ke arah pemukiman yang terhampar di hadapannya. "Iya. Kita punya 1 anjing, mereka punya banyak sapi. Kita punya kolam renang, mereka punya sungai yang besar. Kita punya lampu antik di rumah, mereka setiap malam bisa melihat bulan dan bintang," jawabnya.
Kemudian sang ayah bertanya, "Lantas bagaimana?"
Sang anak kembali menjawab, "Saat kita sering beli bahan makanan, mereka menanam dan memanen sendiri. Aku punya mainan, mereka punya teman. Kita dilindungi pagar yang tinggi dan kokoh, mereka punya tetangga yang saling menyapa. Kita punya tetangga yang punya anak seumuran denganku, tapi aku hampir tak pernah bertemu dengan mereka."
Mendengar jawaban ini, sang ayah tersenyum. Sang anak kemudian menyimpulkan, "Terima kasih, Ayah. Kau telah mengajarkan aku bahwa mungkin kita kaya dan punya segalanya, tapi mungkin.. hidup bukan sekedar tentang semua itu."
Sang ayah mengangguk sambil tersenyum, "Bukan uang yang membuat kita bahagia. Tapi kesederhanaan kecil yang mereka miliki yang sebenarnya membuat seseorang bisa bahagia. Teman, keluarga, sosialisasi, keterbatasan, kerja keras, solidaritas, hal-hal seperti ini sebaiknya kau pelajari sejak muda."
"Ayah tak langsung lahir sebagai orang kaya. Ayah ingin kamu belajar bahwa kebahagiaan lebih penting dari semua yang nanti akan ayah wariskan padamu," ujarnya.
*****
Kemapanan memang bisa mencukupi kita. Seringkali kita berusaha keras untuk mencapai kemapanan dan kemakmuran. Namun, hidup tidak selalu mengenai kemapanan.
Sembari mencukupi materi, jangan lupa untuk selalu berbagi dan mengasihi. Hidup akan kosong bila kita hanya memikirkan target kerja dan materi, sementara tak diimbangi dengan tawa bahagia bersama mereka yang kita sayangi.